Masih menjadi perdebatan kontroversial hingga saat ini, sunat perempuan atau yang lebih dikenal dengan sebutan khitan wanita adalah sebuah topik yang pantas untuk disimak. Terlepas dari stigma dan mitos yang kerap mengitarinya, mari kita melihat dengan cermat dan objektif mengenai pandangan Islam terhadap sunat perempuan.
Seraya membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, kita akan menemui banyak ayat yang sejalan dengan praktik khitan baik pada laki-laki maupun perempuan. Beberapa ulama mengklaim bahwa sunat perempuan adalah wajib dilakukan, meskipun mayoritas ulama sepakat bahwa sunat perempuan bersifat sunnah, atau lebih tepatnya sunnah muakkadah.
Alasan utama di balik praktik khitan pada perempuan adalah untuk menjaga kebersihan genital dan menjaga kesehatan. Di dalam hadis-hadis shahih, Rasulullah Muhammad SAW juga menyebutkan beberapa kebaikan yang bisa diperoleh dari sunat perempuan, seperti mengurangi risiko infeksi saluran kemih, melindungi dari penyakit menular seksual, dan meningkatkan kebersihan area tersebut.
Namun, penting untuk membedakan antara sunat perempuan yang dilakukan secara medis dan praktik sunat perempuan yang disalahgunakan dalam beberapa komunitas. Islam sangat menekankan bahwa khitan pada wanita tidak boleh melibatkan mutilasi atau menyebabkan nyeri yang berlebihan. Sunat perempuan yang dilakukan secara medis haruslah aman, dilakukan oleh profesional kesehatan yang terlatih, dengan memastikan kebersihan dan kenyamanan.
Dalam pandangan Islam, keluarga memiliki peran penting dalam memutuskan apakah sunat perempuan dilakukan pada anak perempuan mereka. Kini, semakin banyak orang tua muslim yang menyadari pentingnya memperoleh informasi yang akurat dan mendiskusikannya dengan profesional kesehatan sebelum memutuskan untuk melakukan khitan pada anak perempuan mereka.
Seiring dengan peningkatan kesadaran dan edukasi mengenai sunat perempuan, bahkan banyak negara muslim seperti Tunisia, Mesir, dan Indonesia telah mengambil langkah progresif dengan melarang praktik sunat yang merugikan pada perempuan. Beberapa lembaga juga mengadakan kampanye informatif untuk mengedukasi masyarakat tentang sunat perempuan yang aman dan tidak berbahaya.
Dalam rangka menghormati keberagaman budaya dan keyakinan, hal terpenting yang harus diingat adalah bahwa sunat perempuan, ketika dilakukan secara bertanggung jawab dan mendapatkan persetujuan dari individu yang akan disunat, bisa menjadi salah satu cara untuk menjaga kesehatan dan kebersihan. Namun, di sisi lain, kita juga harus kritis terhadap praktik sunat perempuan yang tidak manusiawi dan merugikan.
Dalam menjelajahi topik sensitif ini, mungkin perlu kita jauhkan diri dari stereotip dan stigma negatif, serta memahami perbedaan antara praktik khitan yang sesuai dengan ajaran Islam dan budaya yang dikaitkan dengan khitan yang merugikan. Hanya dengan dimulainya dialog terbuka dan edukasi yang akurat, kita bisa mencapai pemahaman bersama tentang sunat perempuan dan memastikan langkah-langkah yang diambil untuk mempromosikan kesehatan dan keselamatan perempuan.
Jadi, mari kita bongkar mitos dan tabu sekaligus mengedukasi agar sunat perempuan dapat dipahami dengan benar dalam konteks Islam dan kebutuhan kesehatan serta kebersihan perempuan.
Apa Itu Sunat Perempuan?
Sunat perempuan, juga dikenal sebagai khitan perempuan, adalah praktik yang umum dilakukan di beberapa negara di dunia, terutama di Afrika dan Asia. Sunat perempuan melibatkan pemotongan atau penghilangan sebagian atau seluruh klitoris pada perempuan, dengan atau tanpa penghilangan labia dan jaringan genital lainnya. Praktik ini memiliki asal usul yang tidak jelas dan telah menjadi kontroversial karena melibatkan pelanggaran hak asasi manusia perempuan serta efek buruk yang ditimbulkannya terhadap kesehatan perempuan.
Hadits Tentang Sunat Perempuan
Dalam pandangan Islam, sunat perempuan tidak ada dasarnya dalam agama. Tidak ada hadits yang sahih yang secara langsung menyebutkan tentang sunat perempuan. Dalam Islam, sunat yang umumnya dilakukan adalah sunat laki-laki. Namun, ada beberapa hadits yang menjelaskan tentang kebersihan dan menjaga kesehatan genital.
Hadits Pertama
Abdullah bin Umar menceritakan: “Ketika kita melakukan jinabat, Rasulullah SAW biasanya memerintahkan kita untuk mengambil wudhu seperti ketika hendak melaksanakan shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits Kedua
Dalam suatu riwayat dari Aisyah RA., “Rasulullah SAW menganjurkan setelah kencing atau membuang air besar hendaknya membersihkan (sebaik-baiknya dengan menggunakan air).” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Hadits Ketiga
Dalam riwayat Abu Hurairah RA., “Rasulullah SAW bersabda: ‘Fitrah (sunnah) ini ada lima hal: khatan, memotong kumis, memotong bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, dan mencukur ketiak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pandangan Islam Tentang Sunat Perempuan
Di dalam agama Islam, ada perbedaan pendapat tentang sunat perempuan. Beberapa ulama menganggap sunat perempuan sebagai budaya atau tradisi yang tidak memiliki dasar dalam agama. Mereka berpendapat bahwa sunat ini bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam seperti menjaga tubuh dan harta. Namun, ada juga ulama yang berpendapat bahwa sunat perempuan diperbolehkan selama tidak melanggar hak-hak perempuan dan tidak membahayakan kesehatan.
Cara Melakukan Sunat Perempuan
Jika seseorang memutuskan untuk melakukan sunat perempuan, sangat penting untuk diingat bahwa prosedur ini sebaiknya dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih. Berikut adalah beberapa langkah umum yang biasanya dilakukan dalam sunat perempuan:
1. Persiapan
Persiapan meliputi memastikan alat yang digunakan steril, persiapan fisik dan emosional pada perempuan yang akan disunat, dan menjelaskan prosedur kepada pasien dan keluarganya.
2. Anestesi Lokal
Sebelum memulai prosedur, anestesi lokal diberikan untuk mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan.
3. Pemotongan Klitoris
Dalam prosedur sunat perempuan, sebagian atau seluruh klitoris biasanya dipotong. Pemotongan dilakukan secara hati-hati dan dengan perangkat yang steril.
4. Perawatan Pasca-Sunat
Pasien biasanya diminta untuk istirahat dan menjaga kebersihan area yang disunat. Terkadang, beberapa obat-obatan atau salep kemungkinan diperlukan untuk membantu penyembuhan.
Tips Menurut Islam Mengenai Sunat Perempuan
Mengingat pertentangan pendapat yang ada mengenai sunat perempuan dalam Islam, beberapa tips berikut dapat menjadi pedoman bagi mereka yang memutuskan untuk melakukan sunat perempuan:
1. Dapatkan Konsultasi Medis
Penting untuk berkonsultasi dengan tenaga medis yang berkompeten sebelum memutuskan untuk melakukan sunat perempuan. Mereka dapat memberikan informasi yang akurat tentang risiko dan manfaatnya.
2. Pilih Tempat yang Tepat
Apabila memutuskan untuk melakukan sunat perempuan, pastikan Anda memilih tempat yang aman dan terpercaya. Pastikan prosedur dilakukan oleh tenaga medis yang berpengalaman dan mengetahui aturan kebersihan dan sterilisasi.
3. Pertimbangkan Kesehatan dan Kesejahteraan Perempuan
Pastikan bahwa prosedur sunat perempuan tidak membahayakan kesehatan dan kesejahteraan perempuan. Hindari komplikasi yang mungkin terjadi dengan memilih teknik yang aman dan prosedur yang dijalankan oleh tenaga medis yang berkompeten.
4. Ajarkan Edukasi Seksualitas
Buatlah perempuan mengerti bahwa tubuh mereka adalah anugerah dan mereka harus menjaganya. Ajarkan mereka tentang kesehatan reproduksi dan hubungan yang sehat. Berbicaralah secara terbuka dan jujur tentang seksualitas agar mereka tidak merasa malu atau tersesat.
5. Dukung Melindungi Hak-hak Perempuan
Setiap tindakan dan keputusan yang diambil harus selalu mengutamakan melindungi hak-hak perempuan. Sunat perempuan seharusnya tidak digunakan sebagai pembenaran untuk melanggar hak asasi manusia dan harus dilakukan secara sukarela.
FAQ Tentang Sunat Perempuan
1. Apakah sunat perempuan diperlukan dalam Islam?
Tidak ada dasar agama yang mengharuskan sunat perempuan dalam Islam. Sunat yang umumnya dilakukan dalam Islam adalah sunat laki-laki.
2. Apa risiko yang terkait dengan sunat perempuan?
Beberapa risiko yang terkait dengan sunat perempuan termasuk infeksi, perdarahan, trauma fisik dan emosional, gangguan seksual, dan komplikasi saat melahirkan.
3. Apakah sunat perempuan dilarang dalam Islam?
Ada perbedaan pendapat di antara ulama mengenai masalah ini. Beberapa ulama melarang sunat perempuan karena dianggap melanggar prinsip-prinsip Islam dan melanggar hak-hak perempuan.
4. Bagaimana tanggapan organisasi kesehatan terkait sunat perempuan?
Organisasi kesehatan seperti WHO dan UNICEF menentang praktik sunat perempuan dan menganggapnya sebagai bentuk kekerasan terhadap perempuan dan pelanggaran hak asasi manusia.
5. Apa yang harus dilakukan jika ada seseorang yang ingin melakukan sunat perempuan?
Jika seseorang berencana melakukan sunat perempuan, penting untuk mendapatkan informasi dari tenaga medis yang berkompeten dan memastikan setiap langkah yang diambil sesuai dengan hukum dan prinsip-prinsip Islam serta melindungi hak-hak perempuan.
Kesimpulan
Sunat perempuan adalah praktik kontroversial yang melibatkan pemotongan atau penghilangan sebagian atau seluruh klitoris pada perempuan. Dalam Islam, tidak ada dasar agama yang secara langsung menyebutkan tentang sunat perempuan. Pendapat di antara ulama tentang sunat perempuan beragam, dengan beberapa memandangnya sebagai tradisi yang sebaiknya dihindari dan lainnya menganggapnya boleh dilakukan dengan syarat ketentuan tertentu terpenuhi. Bagi mereka yang memutuskan untuk melakukannya, adanya pendampingan tenaga medis yang berkompeten sangat penting untuk memastikan tindakan dilakukan dengan aman dan mengutamakan kesehatan dan kesejahteraan perempuan.
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mempertimbangkan sunat perempuan, pastikan untuk mendapatkan informasi yang akurat dan berkonsultasi dengan tenaga medis dan ulama yang berpengalaman. Pilihlah tempat yang aman dan jalani prosedur dengan benar. Ingatlah untuk selalu menjaga hak-hak perempuan dan tidak mengabaikan prinsip-prinsip Islam dalam melakukannya.
Ayuh, mari kita bersama-sama melindungi hak-hak perempuan dan memastikan bahwa setiap tindakan yang kita ambil selalu didasarkan pada kebaikan dan kemaslahatan umat manusia.